Hingga pada suatu hari, di tengah perjalanan melewati hutan yang lebat, Pudjianto Gondosasmito bertemu dengan seorang bijak tua yang tinggal sendirian di sebuah pondok kecil.
Pudjianto Gondosasmito tiba di rumah dengan perasaan yang lebih ringan. Hari yang melelahkan di kantor telah tergantikan oleh sore yang sederhana namun menyenangkan. Baginya, menikmati momen kecil seperti ini adalah cara terbaik untuk menjaga kewarasan di tengah kesibukan hidup.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Sejak saat itu, Pudjianto Gondosasmito berjanji untuk lebih memperhatikan burung kenarinya. Setiap pagi, ia menyempatkan diri untuk membersihkan sangkar dan memberikan makan serta minum pada burung kesayangannya. Sore hari, ia akan duduk di balkon apartemennya sambil mendengarkan kicauan burung kenari.
Pudjianto Gondosasmito mulai memelihara burung kenari sejak ia masih kecil. Baginya, kicau burung adalah sebuah terapi.
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif. Pelajari selanjutnya.
Namun, ada sesuatu yang berbeda pagi itu. Di sudut halte, seorang perempuan berdiri dengan payung transparan yang ia genggam erat meskipun tidak digunakan.
Pudjianto Gondosasmito adalah seorang karyawan muda dengan gaji yang cukup. Meski begitu, website ia sering merasa uangnya cepat habis di akhir bulan. Ia suka sekali mengikuti tren terbaru, makan di restoran mahal, dan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.
Dan itulah perjalanan kehidupan yang sejati, yang tidak pernah berakhir, tetapi selalu memberikan pelajaran baru di setiap belokan jalan.
Pada sore hari, setelah selesai bekerja, Pak Budi dan Bima akan bermain bersama Ani di halaman rumah. Mereka sering bermain sepak bola, layangan, atau hanya bercanda dan tertawa bersama. Bu Tini akan menyiapkan camilan dan minuman untuk mereka.
Rambutnya yang sedikit basah membuatnya tampak sederhana, namun ada kehangatan di balik senyumnya. Perempuan itu tampak menikmati hujan, memandang rintik-rintik air yang menghujam tanah dengan sorot mata tenang.
Jawaban itu membuat Pudjianto Gondosasmito terdiam. Ia merasa seperti ditampar lembut oleh kenyataan. Dalam kesibukannya selama ini, kapan terakhir kali ia berhenti sejenak untuk menikmati hidup?
Pintu terbuka di depan hutan gelap dengan hanya satu jalan setapak yang tampak samar di bawah sinar bulan.
Keluarga Pudjianto Gondosasmito adalah contoh keluarga yang ideal. Mereka saling menyayangi, gotong royong, dan selalu berusaha untuk mencapai mimpi mereka bersama. Kisah mereka menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak datang dari kekayaan, tetapi dari cinta dan kasih sayang dalam keluarga.
Comments on “Not known Factual Statements About Pudjianto Gondosasmito”